8. Manusia Dan Pandangan Hidup

ILMU BUDAYA DASAR
Hasil gambar untuk gundar
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Unsur-Unsur Pandangan Hidup
(Cita-Cita, Kebajikan, dan Usaha/Perjuangan)
serta
Pandangan Hidup dan Ideologi
Muhammad Gemabillium Tarin
1ia14
54417022
Jurusan tejnik informatika
Pengantar
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Hubungan manusia dengan pandangan hidup sangat erat kaitannya karena manusia sangat membutuhkan pandangan hidup supaya mereka mendapatkan tujuan dari hidup mereka, pandangan hidup akan menjadi tiang besar di dalam diri setiap manusia. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan kesempurnaannya dapat memiliki akal dan pikiran, serta hati yang membentuk karakter manusia yang terbentuk dari 3 unsur, yaitu pikiran, hati nurani, dan hawa nafsu. Ketiganya harus berjalan secara seimbang dan saling mengendalikan satu sama lain untuk menjadikan manusia itu memiliki karakter yang baik. Manusia harus dapat berpikir kritis dan ilmiah untuk menentukan masa depannya dengan menjadikan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, manusia harus mengerti apa arti dari pandangan hidup itu sebenarnya supaya mereka tidak terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif.
A.   Pandangan Hidup
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejaarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus-menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk, yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1) Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3) Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideologinya disebut ideologi polotik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut ideologi negara.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita , kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, dan tenteram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Berikut ini akan dijelaskan lebih detail unsur-unsur pandangan hidup :
Cita-Cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan perkataan lain; cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang dicita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang mengahambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang mengahmbat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang di langit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan mencapainya; demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu, apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara itu ada lagi anjuran agar seseorang menempatkan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan “Bayang-bayang setinggi badan”, artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilaluinya.
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsa pun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota mayarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu, bahwa membunuh itu buruk, jahat: suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.
Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karena itu, kalau seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau bertindak menurut suara hati, maka tindakan maka tindakan atau perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya perbuatan atau tindakan berlawanan dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka kita membuat kebajikan. Sebaliknya, apabila hati kita berkata demikian, namun kita hanya seolah-olah tak mendengarkan suara hati itu, maka munafiklah kita.
Jadi baik atau buruk itu dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat umum. Disini tidak berarti bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu di atas segala-galanya.
Sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara hati Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Usaha/Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta memenuhi semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada dengan jasmaninya. Sebaliknya para buruh, petani lebih banyak menggunakan jasmani daripada otaknya. Para tukang dan para ahli lebih banyak kedua-duanya otak dan jasmani daripada salah satunya. Para politisi lebih banyak kerjak otak daripada jasmani. Sebaliknya para prajurit lebih banyak kerja jasmani daripada otak.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan bearti mejatuhkan  harkat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malasan, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Pandangan Hidup dan Ideologi  
Ideologi menurut William (1959) mengandung dua hal, yaitu :
  1. Unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk kegiatan.
  2. Pembenaran intelektual untuk seperangkat norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan komponen dasar terakhir dari sistem-sistem sosial-budaya. Pengertian ini menyangkut sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari. Suatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu :
  1. Pandangan hidup (world view)
  2. Nilai-nilai
  3. Norma-norma sosial (Lenski, 1974)
Pendapat ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi. Kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa (why) tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat mengekspresikan hasil kebudayaannya untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu pengetahuan mampu menjawab pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Dalam beberapa hal dapat digunakan beberapa keterangan. Dalam beberapa hal dapat digunakan beberapa keterangan, tetapi untuk pertanyaan mendasar seperti: Apakah sesungguhnya kenyataan di dunia ini? Kekuatan-kekuatan apa yang mengontrol kehidupan manusia? Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak mungkin dijawab oleh pengetahuan. Pertanyaan ini hanya dapat dijawab atau menimbulkan jawaban-jawaban yang sifatnya dasar-dasar dari kepercayaan (Peter Berger, 1963). Tetapi ini bukan berarti bahwa permainan akal tidak terbentuk. Banyak orang menggambarkan kesimpulannya dari observasi dan pengalamannya dengan teliti, sebagaimana kemampuan rasional mereka, tetapi pada analisis terakhirnya kekuatan mereka mengambil suatu langkah loncatan kepercayaan dan mengatakan “Percaya…”
Variasi-variasi pengalaman kemanusiaan yang dikombinasikan dengan kebutuhan untuk suatu kepercayaan dunia akan menghasilkan banyak variasi (tak terbatas) dalam pandangan hidup (Lenski, 1974). Masyarakat sekarang berbeda dengan masyarakat yang telah lalu, masyarakat dahulu cenderung didominasi oleh pandangan hidup tertentu. Masyarakat modern, dalam berbagai hal, telah menciptakan adanya konflik pandangan-pandangan untuk pengabdian dirinya. Untuk suatu masyarakat industri, pandangan hidup bukan merupakan sumber integrasi, sebagaimana halnya untuk masyarakat dahulu. Adanya kecenderungan retdeologi dan retradisionalisasi masyarakat sekarang, merupakan contoh yang nyata.
Pada abad ke-18 dan awal abad ke-20 banyak orang berpikir bahwa ilmu pengetahuan dapat menggantikan semua kedudukan ideologi (termasuk pandangan hidup) dan merupakan pelengkap terakhir dari keterbatasan pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa sains modern telah memikirkan segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap mengambil sejumlah kemudahan dalam merumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat-laun sains tidak dapat menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari soal-soal alam yang mendasar tentang realitas.
Seperti diuraikan di muka, di dalam ideologi tidak hanya ada norma dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai. Hanya yang penting ialah bahwa nilai-nilai itu cenderung mengikat pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau rasionalisasi untuk nilai-nilai, seperti melakukan suatu kegiatan; pandangan hidup memberi semangat kepada nilai-nilai. Demikian pula norma-norma digunakan untuk hampir seluruh aturan khusus. Bedanya dengan nilai, kedudukan nilai selalu dalam pengertian umum. Norma berlaku dalam menentukan perilaku perintah atau larangan untuk suatu kewajiban dari peranan spesifik dalam situasi yang spesifik pula sehingga norma menjiwai pandangan hidup dalam hal-hal yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Widyo dan Muchji, Achmad; MKDU Ilmu Budaya Dasar; PT GD, Jakarta.
MP. Suyadi, Drs; Ilmu Budaya Dasar; Modul UT; PT Karunika, Jakarta, 1990.
Muhammad Kadir SH; Ilmu Budaya Dasar; Fajar Agung, Jakarta, 1990.

Komentar

Postingan Populer